Statistik Kunjungan

MENGEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK (MULTIPLE INTELLIGENCES) SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI KONSEP DESAIN LOKAL MENUJU STANDAR INTERNASIONAL PENDIDIKAN



Oleh:
Syukrul Hamdi, S.Pd
Mahasiswa PPS UNY Program Studi Pendidikan Matematika

Abstrak
Kecerdasan merupakan salah satu hal yang bisa diusahakan. Dengan kata lain, kecerdasan tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik yang hanya bisa dibawa dan dihasilkan sejak lahir melainkan bisa diusahakan dengan menciptakan kondisi lingkungan dan orang-oang terdekat yang menjalin komunikasi secara intensif dengan seseorang, baik itu keluarga, guru atau pendidik maupun masyarakat lainnya yang ada di sekitar lingkungan tempat hidup seseorang.
Di dalam lingkungan pendidikan formal setiap siswa harus diberikan ruang dan waktu seluas-luasnya agar bisa mengembangakan cipta, rasa dan karsa yang dimiliki. Hal ini dimaksudkan pula agar setiap potensi yang dimiliki tidak terpendam hanya dengan penekanan pada satu aspek yang tidak begitu dominan di dalam membantu seseorang untuk mandiri. Sekolah dengan standar internasional tentu memiliki keunggulan yang lebih spesifik dibanding dengan sekolah biasa. Hal itu disebabkan karena semua materi dan sistem pembelajaran yang dilaksanakan telah disesuaikan dengan kebutuhan dan standar dunia, lengkap dengan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh sebab itu, setiap materi atau objek yang menjadi sasaran pengembangan peserta didik harus disesuaikan atau dikondisionalkan dengan semaksimal mungkin. Dalam artian, materi atau objeknya bersifat dinamis atau tidak terikat pada ruang lingkup definisi tertentu yang bersifat konstan serta disesuaikan dengan kondisi ril yang berpihak kepada pengembangan masyarakat secara menyeluruh.
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang bersifat primer memiliki tingkat kesukaran yang cukup tinggi di dalam pelaksanaannya. Untuk itu, setiap guru matematika harus kereatif dan inovatif agar siswa bisa menangkap semua materi atau konsep yang disampaikan dengan sepenuhnya dan bisa menjadikannya sebagai sebuah perangsang atau stimulus di dalam proses penyelesaian setiap permasalahan yang dijumpai di dalam kesehariannya terlebih lagi pada level pendidikan dengan skala internasional. Setiap guru atau pendidik harus mampu menemukan metode atau teknik untuk mengembangkan kecerdasan majmuk yang ada pada peserta didik atau siswa dengan seimbang dan menyeluruh dengan menyesuaikannya dengan karakteristik lingkungan atau temapat tinggal sekitar berdasarkan potensi yang dimiliki, lengkap dengan nilai-nilai yang ada guna mempertahankan karakteristik bangsa dan negara.   

Kata kunci: Kecerdasan Majemuk, Pembelajaran Metematika, Desain Lokal dan Standar Internasional Pendidikan




A.    Pendahuluan
Pendidikan merupakan manifestasi dan investasi dari nilai-nilai dasar yang dimiliki oleh bangsa agar tetap bertahan sejalan dengan berbagai perkembangan yang terjadi. Melalui pendidikan, sebuah bangsa mampu mencetak generasi yang kompeten dan siap bersaing dengan bangsa yang lain dengan memberikan perhatian dan anggaran dana yang memadai untuk mendukung pelaksanaan atau proses pendidikan itu sendiri.
Proses pembelajaran sebagai salah satu aspek penentu keberhasilan pendidikan harus diperhatikan dengan seksama. Hal itu dibutuhkan mengingat adanya beberapa materi yang terkait dengan disiplin ilmu tertentu mempunyai tingkat kesukaran yang cukup tinggi namun sangat berperan dalam perkembangan kehidupan secara umum. Salah satunya adalah disiplin ilmu matematika. Matematika sebagai salah satu materi pokok yang bersifat mendasar harus dikemas dengan realistis agar siswa bisa mengambil pelajaran dari materi atau konsep yang ditanamkan. Sifat relistis yang diberikan nantinya bisa dikolaburasikan dengan teknik-teknik yang bersifat umum dan dinamis berdasarkan karakteristik dan kondisi lokal pada daerah atau wilayah tempat tinggal masing-masing. Hal itu dibutuhkan agar semua siswa, yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda bisa menyesuaikan diri dan mengambilnya sebagai sebuah kebutuhan yang bermanfaat. Mengapa hal itu dibutuhkan? Berikut sebuah gambaran terkait dengan kecerdasan majmuk yang biasa atau umum ditemukan di setiap jenjang pendidikan yang yang bertaraf internasional. Pada umumnya siswa atau peserta didik lebih tertantang untuk menemukan dan menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Dengan kata lain, nalar para siswa lebih cenderung untuk lebih kreatif dan inovatif agar apa yang didapatkan bisa dikatakan atau disebut teralisasi dengan baik. Di luar itu, kemampuan berbahasa asing dengan penguasaan teknologi mutakhir lebih menjadikan peserta didik atau siswa lebih percaya diri untuk melakukan kominkasi intensif, baik secara langsung atau face to face maupun melalui pemanfaatan media. Dengan penggunaan desain lokal maka peserta didik atau siswa lebih mudah menyesuaikan ilmu yang didapatkan dengan menerapkannya secara langsung dalam praktek kesehariannya. Kesesuai contoh dengan kondisi ril yang ditemukan akan memudahkan siswa untuk mengambil manfaat dari pengetahuan yang diperoleh.
 Desain lokal dalam pembelajaran atau sekolah bertaraf internasional dibutuhkan untuk menjaga identitas atau karakteristik bangsa dan derah masing-masing. Pemahaman akan konsep-konsep modrn yang bersifat kekinian tidak akan cukup untuk dijadikan bekal di dalam mengarungi kehidupan pada era globalisasi. Apalagi ditambah dengan kewajiban sebagai warga negara yang begitu dalam dan meyeluruh, yakni agar tetap selalu berpihak kepada hasil akhir dari pendidikan itu sendiri yang pastinya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan bersama. Selain itu, rasa cinta kepada tanah air dan kebudayaan akan lebih menyentuh hati seseorang untuk mengembangkan kreativitas yang dimiliki berdasarkan kekayaan dan sumberdaya lokal yang telah ada. Hal itu tentu saja akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan global. Pelestarian dan pembiasaan pada konteks lokal yang ada sedikit tidak memvabwa dan mengajarkan siswa atau peserta didik untuk memahami dan mengenal berbagai khazanah pengetahuan yang dimiliki ileh bangsanya sendiri. Penyesuaian desain lokal pada penerapannya akan dipadukan berbagai media dan konsep kekinian dengan pemanfaatan media dan ketajaman analisis peluang lokal yang mendasar yang bisa dikembangkan secara berkelanjutan.  
Hasil pengembangan dari sebuah konsep berupa materi dalam bentuk rumus atau formula dianggap berhasil ketika ditemukan teknik atau metode terbaru di dalam proses menemukan jawabannya. Di luar itu, kendati pun nanti setiap peserta didik atau siswa yang telah lulus atau menyelesaikan studinya diharapkan mampu bersaing dan mandiri ketika berhadapan dengan globalisasi yang tanpa batas dan bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa. Dengan maksud mereka tidak akan tersingkirkan dan menjadi penonton atau konsumen ketika masyarakat dunia telah bebas melebarkan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki ke seluruh penjuru dunia. Anak bangsa yang menjadi generasi penerus telah siap dengan bekal pengetahuan yang dimiliki untuk terus berusha membangun bangsa dan daerah yang dicintai berdasrkan tingkat kualifikasi pengetahuan yang tidak diragukan lagi.
Setiap kekayaan yang dimiliki oleh bangsa dan daerah yang menjadi tempat tinggal amupun daerah yang lainnya akan mendapat perhatian yang penuh dari seorang lulusan yang dilahirkan yang penuh dengan intelegensi dan pemahaman global yang tidak kalah dengan negara-negara maju lainnya. Salah satu contoh sederhana yang bisa kita lihat yakni, melalui kecakapan penggunaan media internet serta kemampuan berbahasa inggris membuar seorang petani kangkung di Lombok menjadi sukses karena berhasil memasarkan kangkung Lombok ke berbagai daerah bahkan ke beberapa negara. Transaksi dilakukan melalui media internet. Kemampuan tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan matematika yang cukup sehingga bisa memperhitungkan untung rigi yang akan didapatkan. Dar sana kita bisa melihat betapa desain lokal begitu dibutuhkan dalam sebuah proses pembelajaran agar pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh siswa bisa dikembangkan dengan tingkat kendala atau kesukaran yang telah diminimalisir.
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus teliti dan mempertimbangkan berbagai hal termasuk pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pendidik harus mengenali dan memahami kecerdasan siswa karena setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan yang menjadi bukti kemajemukan tersebut harus dijadikan sebagai acuan untuk memperluas fokus dan transformasi materi pada siswa sehingga berdampak pada hasil akhir dalam wujud praktik atau implementasi terhadap apa yang telah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila pendidik sudah menyampaikan dan menularkan pengetahuan yang dimiliki dengan teknik atau metode yang tepat dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kecerdasan majmuk yang ada pada siswa serta peluang dan sunberdaya lokal yang ada maka semua siswa akan lebih mudah dan terangsang untuk memperhatikan dari awal pembelajaran sampai akhir dengan semangat pembangunan yang tinggi.

B.     Pembahasan
Berdasarkan pasal 3 undang-undang nomor 20 tahun 2003 (Depdiknas, 2003) yang berbunyi pendidikan berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesrta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Dari fungsi pendidikan di atas maka keberadaaan sekolah berstandar internasional akan lebih terasa dan lebih membumi dengan masyarakat ketika konteks pengembangannya disesuaikan denagn karekteristik lokal yang terangkum dalam desain lokal yang dicanangkan.
 Terkait dengan proses pembelajaran, Winkel (1999: 59) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dan lingkungan yang mengakibatkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Sejalan dengan itu, desain lokal dibutuhkan untuk menjaga dan mengarahkan peserta didik kepada tahap yang tidak stagnan terhadap pengetahuan sekitar tempat tinggal mereka sehingga mereka lebih faham dan mengetahui sumberdaya daya yang ada di sekeliling mereka yang memiliki potensi untuk diberdayakan. 
Berdasarkan pendapat di atas apabila dihubungkan dengan pembelajaran matematika maka pembelajaran matematika di sekolah harus mampu memberikan perubahan bagi siswa tanpa terbatas pada tataran konsep dengan standar dunia  akan tetapi lebih kepada tataran aplikasi yang bisa dikembangkan dalam kehidupan mereka dengan memandang secara menyeluruh semua kekayaan yang dimiliki oleh bangsa, negara dan derah tercinta. Dari pembelajaran matematika dengan desai lokal siswa akan lebih siap menghadapi arus perubahan yang terjadi dengan keterampilan matematik yang dimiliki serta siap mengelola berbagai potensi daerah dan bangsa yang dimiliki berdasrkan keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Disamping itu, mereka bisa menjadi pemerakarsa tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.
a.      Kecerdasan Majemuk
Intelegensi adalah keterampilan menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman kehidupan sehari-hari. (Jhon. W. Santrok, 2009: 151). Pada tahun 1930-an, LL. Thurstone (Jhon. W. Santrok, 2009: 155) mengatakan bahwa orang-orang mempunyai tujuh kemampuan intlektual khusus, yang ia sebut kemampuan primer, yaitu pemahaman verbal, kemampuan angka, kelancaran kata, visualisasi ruang, ingatan asosiatif, penalaran, dan kecepatan perseptual.
Gardner (1993: 15) menyatakan bahwa: An intelligence entails the ability to solve problems or fashion products that are of consequence in a particular cultural setting or community. The problem solving skill allows one to approach a situation in which a goal is to be obtained and to locate the appropriate route to that goal.
Pendapat lain menyatakan bahwa teori kecerdasan majemuk (KM) adalah validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa (pelajar) belajar, disamping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing pembelajar. (Julia Jasmine, 2007: 11)
Menurut Gardner (2003: 23) ada tujuh kecerdasan, yaitu:
1.      Kecerdasan Linguistik (berkaitan dengan bahasa)
2.      Kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar logika dan matematika)
3.      Kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar)
4.      Kecerdasan musikal (berkaitan dengan musik, irama, dan bunyi/suara)
5.      Kecerdasan badani-kinestik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh)
6.      Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antarpribadi, sosial)
7.      Kecerdasan Intrapersonal (berkaitan dengan  hal-hal yang sangat mempribadi)
Para guru menyadari bahwa setiap anak memilki semua kecerdasan tersebut, tetapi dengan tingkat yang berbeda – beda.  Mengajarkan keseluruhan kecerdasan itu menjamin bahwa mereka yang unggul, misalnya pada pada kecerdasan musikal akan mendapat kesempatan untuk belajar menggunakan kecerdasan tersebut (Elaine B. Johnson, 2007: 67).
b.      Penerapan Kecerdasan Majmuk dalam Pembelajaran Matematika
Terkait dengan pembelajaran matematika maka setiap pendidik atau guru harus mampu mengemas setiap materi pembelajaran dengan menarik yang disertai dan sarati dengan pengetahuan yang disesuaikan dengan kondisi lokal dan potensi yang ada pada siswa atau peserta didik. Dengan begitu, pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh siswa berdasarkan tingkat kecerdasan yang berbeda akan lebih membantu penyesuaian materi dengan melihat kondisi rill yang ada.
Salah  satu  sumber  ketidakefektifan  proses  belajar  mengajar  yang  terjadi  di  kelas  adalah pembelajaran yang bersifat klasikal dengan bertumpu pada konsep pengembangan ala barat lengkap dengan struktur budaya dan pengetahuan yang dimiliki. Di samping itu, seorang guru cenderung menyampaiakn materi yang sama lengkap dengan metode dan evaluasi yang sama pula padahal siswa yang dihadapi  lebih dari 20 siswa dengan karakter yang berbeda. Perlakuan seperti ini menafikan suatu kenyataan bahwa setiap siswa (individu) mempunyai perberbedaan. Seharusnya pendidik mampu membuat variasi  terkait dengan berbagai aspek penunjang dalam pembelajaran agar semua siswa bisa menegmbangkan cita, rasa dan karsanya secara utuh.
Gambaran umum penerapan kecerdasan majemuk dalam matematika seperti terlihat dalam Jangkauan Modalitas dikutip dari Workshop Notebook: Portfolios and Other Alternative Assesment, Teacher created materials (Julia Jasmine, 2007: 122)
Ranah kurikulum            :  Matematika
Intrapersonal                  : mintalah anak-anak untuk melakukan refleksi dan tulis kemajuan mereka dalam matematika
Interpersonal                  : mulailah tutorial (bimbingan) lintas usia dengan kelas lain
Linguistik                       : mintalah anak-anak untuk menulis sebuah cerita dari sudut pandang bilangan atau angka
Logis-matematis             : ajarlah anak-anak bagaimana memainkan “Othello” sebagai latihan dalam logika
Visual-Spasial                : buatlah kota/gambar dengan hanya menggunakan persegi, segitiga dan lingkaran
Badani-Kinestetik          : berdirilah menyerupai sebuah bilangan. Suruhlah anak-anak mendekati bilangan dengan badan mereka dan mintalah mereka menyentuhnya.
Musikal                          : cari dan tunjukkan sebuah video yang menjelaskan hubungan matematika dengan musik.
Berdasarkan jangkauan modalitas yang ada di atas maka desain lokal sebagai salah satu karakteristik dalam proses pembelajaran menjadi salah satu aspek yang bisa dikembangkan denagan mudah di dalam pelasanaannya terlebih lagi masing-masing daerah yang menjadi pusat pengembangan sekolah berstandar intenasional pada umumnya meiliki korelasi permasalahan dan sumberdya yang relatif sama sehingga akan lebih mempermudah penyesuain dengan konsep melalui kegiatan sharing yang dilakukan secara intensif.
Menurut Suparni (2011: 11) dalam pembelajaran matematika disadari atau tidak terdapat contoh atau soal yang sangat memperhatikan semesta. Bila semesta yang ditetapkan tidak diperhatikan, maka akan sangat besar kemungkinan arti yang diberikan akan salah. Contohnya pada basis 2, berapakah 1 + 1 = ?, kita harus menyadari pada semesta berapakah kita bekerja. Di alam semesta ini, seluruh umat manusia diciptakan bersuku-suku, berbangsa-bangsa, berkelompok-kelompok dengan segala perbedaannya. Setiap kelompok pasti memiliki karakteristik tempat hidup yang berbeda meskipun pada dasrnya akan mempunyai persamaan pula sesuai dengan konteks iklim, cuaca, tekstur tanah dan budaya yang berkembang oleh karena itu, sebagai bagian dari masyarakat semua siswa atau peserta didik harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Jadi dengan selalu menyadari semesta dalam matematika, pendidik dan siswa akan lebih menyadari dan memahami setiap detail dari potensi yang ada sehingga terbuka jalan untuk pengembangan konsep yang ditemukan dalam realita yang ada, sesuai dengan tempat atau lokasi di mana mereka berada  berdasarkan apa yang berlaku dalam semesta tersebut.
Menurut Munif Chatib (2011: 155) teori Multiple Intelegences menawarkan perombakan yang cukup fundamental dalam penilaian sebagai output sebuah proses pembelajaran. Teori ini menganjurkan sistem yang tidak bergantung pada tes yang didasarkan pada nilai formal, tetapi lebih banyak di dasarkan pada penilaian autentik yang mengacu pada kriteria khusus dengan menggunakan tes yang memilki titik acuan spesifik dan ipsative (tes yang membandingkan prestasi siswa saat ini dengan prestasinya yang lalu). Berdasarkan hal tersebut, pengembangan potensi pada peserta didik atau siswa akan lebih melekat dan menjadikan tingkat kesadaran dan potensi mereka lebih kebal terhadap segala perubahan yang terjadi.

c.       Pembelajaran matematika dengan desain lokal
Desain lokal secara umum merupakan penetapan konsep pembelajaran yang disesuikan dengan minat, kebutuhan serta potensi yang ada di sekitar lingkungan atau tempat hidup masyarakat. (Tim KF NTB. 2009).
Apabila kita kaitkan antara desain lokal dengan pembelajaran matematika maka kita akan menemukan kemudahan di dalam pelaksanaannya. Mengapa hal itu terjadi? Jawabannya adalah karena desaian lokal memiliki kemiripan dengan penerapan matematika realistik meskipun desain lokal lebih difokuskan pada konteks minat dan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, semua itu tentu saja merupakan bagian dari realita yang dihadapi oleh siswa secara umum.
Di dalam pelaksanaanya, desain lokal akan menjadi ciri khas pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan konteks daerah di mana proses pendidikan itu dilaksanakan. Dengan begitu maka generasi penerus yang diharapkan dapat melanjutkan pembangunan seiring dengan otonomi daerah. Keadaan tersebut didukung oleh dinamisasi matematika yang bisa dipergunakan dalam berbagai aspek yang terkait dengan kehidupan manusia.
Spesifikasinya lagi, desain lokal pada pembelajaran matematika di titik pusatkan pada pengenalan matematika dengan mengaitkan unsur-unsur lingkungan yang ada di sekitar lokasi belajar. Misalnya dalam konteks atau materi yang terkait dengan bangun ruang maka siswa yang ada di pulau Lombok akan diajak untuk melihat bentuk lumbung atau berugak yang menjadi ciri khas masyarakat. Dengan  mengamati lumbung, para siswa akan diarahkan untuk menemukan bentuk dasar lumbung atau berugak itu sendiri, sesuai dengan bangun ruang yang ditemukan dalam pembelajaran matematika.
Pengungkapan ciri khas yang biasa ditemukan di sekitar lingkungan akan mempermudah siswa untuk melakukan praktek di lapangan. Apabila kita yang menjadi bagian dari masyarakat Lombok mengajak siswa untuk meneliti dimensi atau bentuk piramida, itu bisa saja dilakukan. Akan tetapi siswa atau peserta didik tidak bisa secara langsung menemukan itu di sekitar mereka. Kendati pun desain yang berasal dari daerah atau negara yang lain masih tetap harus dilaksanakan dengan pertimbangan mengutamakan kebudayaan atau kebiasaan lokal dalam setiap proses pembelajarannya.
Di samping siswa telah siap dengan kompetensi yang matang,  siswa juga telah siap menjadi tulang punggung pembangunan di daerah mereka masing-masing tentunya dengan konsep metematika yang tidak terbatas pada pengembangan rumus semata namun lengkap dengan penerapan nilai-nilai dan potensi yang ada di sekitar tempat tinggal mereka maupun di sekitar lingkungan  bangsa dan negara secara menyeluruh.

d.      Pembelajaran Matematika dalam Satandar Internasional Pendidikan
Pendidikan yang bertaraf internasional adalah pendidikan pendidikan yang diselenggrakan setelah memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju. Sedangkan satuan pendidikan internasional merupakan satuan pendidikan yang telah memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju (Kemdiknas, 2011).
Berperannya standar pendidikan internasional di dalam negeri memberikan angin segar terhadap peningkatan sumber daya manusia secara umum. Penguasaan materi pembelajaran yang disertai dengan penguasaan iptek dan teknologi akan semakin memudahkan siswa untuk mengembangkan sayap pengetahuan yang dimiliki dalam berbagai bidang yang ada. Terlebih lagi dengan materi yang menjadi pokok pembelajaran, seperti disiplin ilmu matematika.
Satu hal yang menjadi identitas pendidikan internasional yang telah melalui tahap penyeleksian pendidikan nasional adalah semakin berkembangnya manusia Indonesia serta bertahannya berbagai budaya yang menjadi identitas negara yang membedakannya dengan bangsa atau negara lain di dunia.

C.    Simpulan
Terpenuhinya kebutuhan masyarakat serta terjaminnya berbagai hal yang menjadi pokok-pokok kegiatan sehai-hari merupakan permasalahan yang bisa diselesaikan melalui perbaikan dalam bidang pendidikan. Hal itu disebabkan karena pendidikan merupakan leading sector yang memberikan andil terbesar di dalam pembangunan sumberdaya yang ada.
Dengan adanya pendidikan berstandar internasional di dalam negeri memberikan angin segar terhadap peningkatan sumber daya manusia secara umum. Penguasaan materi pembelajaran yang disertai dengan penguasaan iptek dan teknologi akan semakin memudahkan siswa untuk mengembangkan sayap pengetahuan yang dimiliki dalam berbagai bidang yang ada. Terlebih lagi dengan materi yang menjadi pokok pembelajaran, seperti disiplin ilmu matematika.
Desain lokal yang bertumpu pada karakteristik pengetahuan dan kehidupan siswa akan lebih mempermudah bangsa di dalam menghasilkan generasi penerus yang kompeten serta bisa diandalkan untuk melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan sebelumnya. Generasi yang dihasilkan akan memiliki daya saing yang seimbang dengan negara-negara lain di dunia namun tetap memegang teguh prinsip bangsa dan negara serta menjadikannya sebagai tolak ukur dalam pengembangan setiap pengetahuan yang dimiliki.

Daftar Pustaka



Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligences (The Theory in Practice). New York: Basic Books
Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk. (Terjemahan Drs. Alexander Sindoro). Batam Centre :Interaksara

Johnson, Elaine.B.. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Learning Center
Julia Jasmine (2007). Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk Implementasi Multiple intelligences. Bandung: Penerbit Nuansa

Kementrian Pendidikan Nasional. Materi Sosialisasi Kebijakan Sekolah Bertaraf  Internasional. Jakarta: Direktorat Jendral mendikdasmen diambil dari http://kemdiknas.go.id/ pada 1 Januari 2012

Munif Chatib. (2011). Sekolahnya Manusia. Bandung: Penerbit Kaifa
Santrok, John W..(2009), Psikologi Pendidikan edisi 3 (Penerjemah Diana Angelica). Jakarta : Salemba Humanika 
Suparni. (2011). Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan dengan Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan dalam Forum Ilmiah Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tim Penyusun. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Tutor KF NTB. Mataram
Winkel, W.S.. (1999). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadin


Read more >>
Category: 0 komentar

Elegi Seorang Guru Menggapai Kesempatan

Oleh: Dr. Marsigit, M.A
Guru menggapai kesempatan berada di persimpangan jalan:
Di persimpangan jalan inilah aku mempunyai kesempatan, tetapi ketika datang kesempatan itu ternyata dia bersifat jamak. Ada kesempataku berbelok ke kiri, ke kanan, serong kiri, serong kanan, berbalik tetapi juga bisa terus jalan lurus. Anehnya, ada pula kesempatanku untuk ragu-ragu bahkan diam doing nothing. Maka satu-satunya kepastian adalah bahwa aku mempunyai kesempatan memilih. Itulah harga yang selama ini aku cari dan aku perjuangkan. Tetapi ingin aku katakan bahwa tidak memilih pun merupakan kesempatanku. Aku sangat gembira dengan kesempatan ini. Tetapi di tengah euporia ku maka aku mulai bertanya apakah sebenar-benar kesempatan itu? Untuk itulah maka aku ingin bertanya. Tetapi bertanya kepada siapakah aku ini?

Orang tua berambut putih datang menghampirinya:
Muridku, kau telah memanggilku. Ada apakah gerangan?

Guru menggapai kesempatan:
Aku belum bertanya kenapa kau sudah datang?

Orang tua berambut putih:
Bukankah kalimatmu terakhir adalah suatu pertanyaan. Dan sesuai janjiku, dikarenakan sifat hakikiku, bahwa aku akan selalu datang pada setiap pertanyaan dari manapun, oleh siapapun dan tentang apapun.

Guru menggapai kesempatan:
Oh iya, terimakasih atas peringatanmu. Guru, dapatkah kau menjelaskan kepadaku apa sebenar-benar kesempatan itu?

Orang tua berambut putih:
Kesempatan adalah kemerdekaan. Kesempatan adalah potensi sekaligus fakta. Maka sebenar-benar hidup adalah kesempatan. Jikalau seseorang sudah tidak mempunyai kesempatan maka tiadalah dia dapat dikatakan sebagai hidup. Maka jikalau kamu menginginkan tetap hidup maka gapailah kesempatan itu.

Guru menggapai kesempatan:
Lalu apa relevansinya kesempatan itu dengan tugasku sebagai guru

Orang tua berambut putih:
Hidupmu adalah karena hidupnya orang lain. Jika tiadalah orang lain hidup disekitarmu, maka siapakah yang akan mengatakan bahwa dirimu hidup. Oleh karena itu maka wajib hukumnya bahwa engkau sebagai guru harus selalu menghidup-hidupkan murid-muridmu. Murid-muridmu yang hidup itulah yang akan menyanyikan bahwa dirimu juga hidup. Maka sebenar-benar hidup adalah hidup dan saling menghidupkan.

Guru menggapai kesempatan:
Hebat nian kau guru. Aku bertanya tentang kesempatan mengapa engkau sampai pada penjelasan tentang hidup?

Orang tua berambut putih:
Jika engkau telah benar-benar hidup dan telah benar-benar hidup dan menghidupkan, maka tiadalah sesuatu di dunia ini yang tidak kait berkait. Maka kesempatan itu sebenarnya adalah hidup dan hidup itu adalah kesempatan. Semua yang ada di dunia itu kait berkait, dan itu adalah karena pikiranmu yang hidup. Maka jikalau engkau ingin melihat dunia, maka tengoklah ke dalam pikiranmu, karena dunia itu persis seperti apa yang engkau pikirkan.

Guru menggapai kesempatan:
Hebat nian kau guru. Aku bertanya tentang kesempatan mengapa engkau sampai pada penjelasan tentang dunia dan pikiran.

Orang tua berambut putih:
Baiklah aku kembali akan menjelaskan tentang kesempatan. Kesempatan itu adalah keadaan. Kesempatan itu adalah sifat. Kesempatan adalah keadaan di mana suatu sifat tidak tertutup oleh sifat yang lain. Jika suatu sifat menutup sifat yang lain, maka sifat yang menutup dikatakan “menentukan” dan sifat yang tertutup dikatakan “ditentukan”.

Guru menggapai kesempatan:
Lalu apa relevansinya sifat menentukan dan sifat ditentukan dengan tugasku sebagai guru.

Orang tua berambut putih:
Menentukan dan ditentukan itu adalah hubungan kuasa yang satu dengan tidak kuasa yang lain. Bukankah sudah pernah aku katakan bahwa guru itu kuasa terhadap muridnya, di sadari atau tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja. Maka guru itu adalah kuasa untuk menutup sifat murid-muridnya. Sedangkan murid-muridnya tidak kuasa untuk menghindar dari sifat menutup gurunya. Maka sebenar-benar orang yang paling berbahaya di dunia ini adalah mereka yang sangat menikmati kegiatannya menutipi sifat-sifat yang lainnya. Maka engkau adalah guru yang sangat berbahaya bagi murid-muridmu jika engkau sangat menikmati kegiatanmu menutupi sifat murid-muridmu. Maka sebenar-benarnya tidak hidup adalah jika sifat-sifatnya tertutup oleh sifat yang lain.

Guru menggapai kesempatan:
Mohon guru, mohon guru, yang ini diteruskan lebih detail karena menurut saya sangat penting.

Orang tua berambut putih:
Guru yang baik adalah guru yang mampu hidup dan menghidup-hidupkan murid-muridnya. Maka janganlah sekali-kali keberadaanmu dan kegiatanmu sebagai guru menutup sifat-sifat murid-muridmu. Karena sifat yang tertutup itulah sebenar-benar tiada kesempatan.

Guru menggapai kesempatan:
Baik guru, di sini saya mulai antusias karena saya merasa sangat cocok dengan persoalan saya sebagai guru. Kemudian saya ingin bertanya lagi, bilamana dan bagaimana saya dikatakan menutup sifat murid-muridku.

Orang tua berambut putih:
Pertanyaan yang hebat. Itu adalah pertanyaan dari seorang yang cerdas. Ciri-ciri guru menutup sifat-sifat murid-muridnya adalah jika dia secara sepihak mendiskripsikan ciri-cirinya. Jika kau katakan muridmu sebagai malas, padahal dia belum tentu malas, maka yang demikian itu engkau telah menutupi sifatnya. Jika engkau katakan bahwa muridmu bodoh, padahal belum tentu dia bodoh, maka yang demikian itu telah menutupi sifatnya. Ketika kamu bicara sementara muridmu mendengar, maka itu adalah proses menutupi sifat-sifatnya. Ketika kamu bekerja sementara muridmu melihat, maka itu adalah proses menutupi sifat-sifatnya. Ketika kamu bertanya sementara muridmu berusaha menjawab maka itu adalah proses menutupi sifat-sifatnya. Ketika kamu berinisiatif sementara muridmu menunggu, itu adalah proses menutupi sifat-sifatnya. Ketika kamu menyuruh sementara muridmu melaksanakannya maka itu adalah proses menutupi sifat-sifatnya. Ketika kamu menilai prestasi siswamu maka itu adalah kejadian lain dari kegiatanmu menutupi sifat-sifatnya. Maka adalah sungguh berdosalah bagi orang-orang yang gemar menutupi sifat orang lain, karena yang demikian dampaknya begitu besar bagi murid-muridnya. Bahkan aku bisa katakan bahwa menutupi sifat itu tidak lain tidak bukan adalah pembunuhan secara perlahan-lahan.

Guru menggapai kesempatan:
Sebentar guru, jikalau sebaliknya, maksudku justeru yang melakukan atau yang menutui sifat itu siwa, yaitu siswa menutupi sifat gurunya, bukankah itu sama dosanya.

Orang tua berambut putih:
Itulah sebenar-benar hakekat kesempatan, hakekat sifat dan hakekat kuasa. Sifat-sifat dari orang berkuasa adalah lain pula sifatnya dengan sifat-sifat orang yang tidak atau kurang berkuasa. Jikalau muridmu bicara dan kamu mendengarkan, maka itu bukanlah muridmu sedang menutupi sifatmu, tetapi itulah engkau sedang memberikan kesempatan kepadanya. Jikalau muridmu bertanya dan engkau menjawab, maka itu bukanlah muridmu sedang menutupi sifatmu, tetapi itulah engkau sedang memberikan kesempatan kepadanya. Jikalau muridmu berinisiatif dan engkau menunggu, maka itu bukanlah muridmu sedang menutupi sifatmu, tetapi itulah engkau sedang memberikan kesempatan kepadanya. Jikalau muridmu melakukan kegiatan sementara engkau menontonnya, maka itu bukanlah muridmu sedang menutupi sifatmu, tetapi itulah engkau sedang memberikan kesempatan kepadanya. Demikian seterusnya. Jadi sifat memberi kesempatan dan sifat menutup sifat, adalah berbeda-beda sifatnya sesuai domisilinya, apakah dalam orang yang berkuasa atau dalam orang yang dikuasai.

Guru menggapai kesempatan:
Kenapa engkau sebut aku sebagai guru menggapai kesempatan. Padahal sesuai dengan uraiannya mestinya aku lebih tepat kalau kau sebut sebagai guru memberi kesempatan.

Orang tua berambut putih:
Itulah ujianku terhadap dirimu. Kalau itu adalah engkau sendiri yang mengatakan maka baiklah untuk dirimu. Tetapi jikalau aku yang mengatakan maka tidak baiklah untuk dirimu. Mengapa? Karena dengan demikian aku telah menutupi sifatmu.

Guru menggapai kesempatan:
Ah guru, mohon maaf, bukankah guru telah berbuat kontradiktif, ambivalensi atau bertentangan di dalam guru sendiri. Di dalam Agama itu disebut sebagai munafik. Bagaimana menurutmu?

Orang tua berambut putih:
Benar ucapanmu. Sampai di sini aku merasa terharu walau mungkin kamu tidak demikian. mengapa karena engkau semakin pandai saja. Sampai di sinilah aku akan katakan sesuatu yang tidak bisa aku katakan sebelumnya.

Guru menggapai kesempatan:
Apa itu guru? Tolong jelaskan. Au menjadi penasaran dibuatnya.

Orang tua berambut putih:
Benar ucapanmu. Ketika aku berbicara panjang lebar kepadamu, maka aku sedang dalam proses menutipi sifat-sifatmu. Padahal aku sedang berbicara memberi kesempatan. Jadi aku tidak bisa memberi kesempatan tanpa menutupi sifat-sifatmu. Maka aku tidak bisa terhindar dari pertentangan dalam diriku. Jikalau engkau sensitif dan peka maka dapat aku katakan “pertentangan” itulah sebenar-benar hakekat diriku.

Guru menggapai kesempatan:
Oh guru mengapa demikian. Mengapa aku capai-capai mengikutimu ternyata engkau hanyalah sebuah kontradiksi. Oh Tuhan ampunilah aku, ya Tuhan. Guru macam apalah engkau ini. Kenapa engkau mengajariku banyak hal padahal engkau sendiri adalah kontradiksi. Aku sudah tidak bisa lagi menangis. Air mataku sudah kering. Lalu aku harus bagaimana?

Orang tua berambut putih:
Tenang dan sabarlah. Karena ciri-ciri orang cerdas adalah jika dia bisa mengendalikan secara proporsional perasaannya.

Guru menggapai kesempatan:
Saya harus sabar bagaiman guru? Bukankah selama ini kau telah menipuku. Menipuku secara besar-besaran. Maka tiadalah ampun bagimu, wahai guruku.

Orang tua berambut putih:
Padahal apa yang akan aku katakan justeru lebih berat dari itu. Sudah saya katakan berkali-kali bahwa diriku tidak lain tidak bukan adalah pengetahuanmu. Telah terbukti bahwa diriku tidak bisa terhindar dari pertentangan, maka dapat aku katakan bahwa bahwa sebenar-benar ilmumu itu adalah pertentangan atau kontradiksi. Tiadalah suatu ilmu tanpa kontradiksi, karena jika tidak ada kontradiksi maka itu berarti berlaku hukum identitas. tetapi dengan hukum identitas kita tidak akan mendapat ilmu apa-apa. Karena A adalah A itulah hukum identitas. “Aku” adalah “Aku” itu juga hukum identitas. Ketahuilah bahwa kalimat “Saya adalah guru” itu sebenar-benar kontradiktif dalam filsafat. Mengapa? Itu adalah kontradiktif dan tetap kontradiktif sampai engkau dapat membuktikan bahwa “Saya” itu identik atau persis saama dengan “guru”. Padahal kita tahu bahwa “saya” tidaklah sama dengan “guru”. “saya” mempunyai sifat-sifat yang berlainan dengan “guru”. Demikian pula bahwa “2+3=5” adalah juga kontradiktif secara filsafati mengapa, karena sebenar-benar bahwa “2+3” belumlah sama dengan “5” sebelum engkau mampu membuktikannya.

Guru menggapai kesempatan:
Wahai guru, aku belum bisa menerima penjelasanmu itu. Karena guruku yang lain mengatakan “Jagalah hatimu dan jangan sampai ada pertentangan di situ. Jika terdapat satu saja pertentangan di hatimu, maka itu pertanda syaitan duduk di situ”. Kalau begitu apakah engkau sedang mengajarkan ilmunya syaitan kepadaku guru?

Orang tua berambut putih:
Benar pertanyaanmu dan benar pula ucapan gurumu yang lain itu. Sedari awal yang aku bicarakan adalah tentang dirimu dan diriku. Berkali-kali aku katakan bahwa diriku adalah ilmumu. Ilmumu adalah pikiranmu. Jadi sebenar-benar aku adalah pikiranmu. Jadi konradiksiku adalah kontradiksi dalam pikiranmu. Barang siapa ingin memperoleh ilmu dalam pikirannya, maka bersiaplah dia menemukan kontradiksi-kontradiksi itu.

Guru menggapai kesempatan:
Terus bagaimana dengan hatiku ini guru?

Orang tua barambut putih:
Hatimu adalah jiwamu. Hatimu adalah hidupmu. Hidupmu tidak lain tidak bukan adalah hatimu. Maka barang siapa baik hatinya maka baik pula hidupnya. Dan barang siapa buruk hatinya maka buruk pula hidupnya. Sebenar-benar hatimu itu adalah satu, yaitu rakhmat Nya. Maka hatimu tidak lain tidak bukan adalah ibadahmu. Sebenar-benar hatimu adalah doa-mu. Jadi tiadalah pertentangan dan keragua-raguan di sana. Barang siapa membiarkan adanya pertentangan dan keragu-raguan di hati maka syaitan lah yang akan menghuni hatinya. Maka dengan tegas aku katakan jagalah hatimu jangan sampai ada pertentangan ataupun kontradiksi.

Guru menggapai kesempatan:
Hah.. itulah sebenar-benar ilmuku guru. Oh Tuhan ampunilah segala dosaku. Aku telah berbuat durhaka kepada guruku. Kenapa guruku yang begitu hebat telah aku sumpah serapah. Manusia macam apakah aku ini ya Tuhan. Kiranya engkau cabut nyawaku sebagai tebusannya, maka ikhlaslah aku. Wahai guruku, sudilah engkau memaafkan diriku, dan sudilah aku masih tetap bersamamu.

Orang tua berambut putih:
Itulah sebenar-benar ilmu. Itulah sebenar-benar rakhmat. Yaitu jikalau engkau menyadari kelemahanmu dan selalu mohon ampun ke hadlirat Nya. Maka sebenar-benar Filsafat itu adalah refleksi. Refleksi itu artinya melihat diri sendiri. Belumlah engkau dikatakan belajar filsafat jika engkau belum mampu melihat dirimu sendiri. Padahal syarat untuk mampu melihat diri adalah tidak sombong dalam dirimu.  Tidak sombong artinya ikhlas dalam hatimu dan jernih dalam pikirmu. Ikhlas dalam hatimu adalah mensyukuri setiap hal sebagai Rakhmat Nya. Jernih dalam pikirmu adalah terbebas dari prejudice, buruk sangka, atau negatif thinking. Maka untuk menggapai kesempatan, belajar dan selalu belajarlah, membaca dan selalu membacalah, bertanya dan selalu bertanyalah, berdoa dan selalu berdoalah. Ikutilah kuliah filsafat dan bacalah elegi-elegi tanpa prasyarat apapun. Inilah salahsatu kesempatan itu. Maka raihlah kesempatan itu. Tetapi janganlah salah paham karena sebenar-benar guru menggapai kesempatan adalah jika dia dapat selalu hidup dan menghidupkan murid-muridnya. Maka sebenar-benar guru menggapai kesempatan adalah jika murid-muridnya sebenar-benar menggapai kesempatan pula. Maka sebenar-benar hidup adalah memberi dan diberi kesempatan. Amien.


Read more >>
Category: 1 komentar

Indahnya Keragaman Masyarakat Nusa Tenggara Barat dalam Nuansa yang Religius


Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang kaya akan budaya dan daerah pariwisata yang tersebar dari sabang hingga merauke. Keragaman budaya yang dimiliki menjadikan Indonesia salah satu pusat tujuan wisata masyarakat dunia. Hal tersebut didukung oleh suasana dan kondisi alam serta masyarakat penghuninya yang memilki budaya dengan karakteristik yang unik dan beraneka ragam antara pulau yang satu dengan yang lainnya.
Masing-masing pulau yang terdiri dari beberapa wilayah tentu memiliki kebudayaan tersendiri sesuai dengan lingkungan dan kondisi alam yang mereka tinggali. Keragaman budaya yang hidup dalam masyarakat diharapkan mampu menjadi katalisator dalam percepatan pembangunan daerah sesuai dengan kadar pembangunan yang bisa dimanfaatkan melalui pengelolaannya, misalnya dengan menjadikannya sebagai daerah tujuan pariwisata yang berbobot melalui pembangunan fasilitas yang menunjang. Pembangunan tersebut diharapkan bisa terealisasi dengan baik terlebih dengan terbukanya angin segar bagi setiap daerah untuk membangun wilayahnya sendiri melalui sistem pemerintahan yang bersifat desentaralisasi sesuai dengan kondisi dan kekayaan daerah pariwisata yang dimiliki.
Kekayaan akan daerah pariwisata yang dimiliki Indonesia bisa kita lihat dari banyaknya tempat-tempat pariwisata yang tersebar di seluruh kawasan nusantara. Kawasan pariwisata yang dimiliki itu tidak hanya terbatas pada kawasan darat saja, akan tetapi terdapat pula di laut. Bahkan di antara sekian banyaknya kawasan pariwisata yang dimiliki masih banyak yang belum terjamah karena kurangnya akses berupa jalan yang layak dan faktor keamanan yang kurang berfihak sehingga daerah atau kawasan tersebut tidak bisa difungsikan secara optimal dan menjadi daerah kunjungan yang digemari oleh para wisatawan. Oleh kerena itu, sampai saat ini pemerintah terus melakukan  pengembangan pada setiap kawasan yang ada .
  Di samping itu, garis khatulistiwa yang melewati Indonesia membuatnya menjadi negara yang memiliki sumber daya alam hayati dan non hayati yang berlimpah ruah. Kekayaan yang dimilki itu tentunya menjadi salah satu manufer untuk menjamin kehidupan yang layak bagi masyarakatnya yang memiliki hak utuh atas pemanfatan segala potensi yang ada serta menjadi objek utama dalam perumusan kebijakan dari setiap langkah yang akan ditempuh oleh pemerintah sehingga terjadi pemerataan  dalam pembangunan.
 Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu bagian dari Indonesia memiliki potensi sumber daya  alam dengan fanorama yang cukup menjanjikan. Daerah pegunungan dan pesisir pantai yang dimiliki cukup luas dan sangat menarik karena memiliki perbedaan dengan tempat-tempat wisata lainnya, misalnya pantai An yang biasa dikenal dengan pantai Kuta oleh masyarakat kebanyakan memiliki kelebihan yang membedakannya dari pantai Kuta yang ada di pulau Bali, yakni  terdapat pasir putih yang dinyatakan hidup oleh para peneliti yang berasal dari Australia. Semua itu bisa dibuktikan dengan melihat langsung pasir yang ada di sana pada saat matahari bersinar terang maka pasir tersebut akan tanpak berjalan dan tidak terdiam. Di luar pantai An yang dimiliki oleh NTB masih banyak pula potensi alam lainnya.
 Selain keindahan alam, Nusa Tenggara Barat juga kaya akan kultur atau budaya masyarakat yang mendiaminya yang masih begitu kental dengan adat istiadat yang dianut sejak zaman nenek moyang terdahulu. Adat-istiadat yang berkembang pada masyarakat NTB pada umumnya memilki fungsi yang cukup penting dalam pengamalan norma agama dan etika di samping nilai estetika atau keindahan yang dimilikinya. Sebagai salah satu contoh yakni adat istiadat nyongkolan atau bejango yang dilakukan dengan mengarak pengantin keliling kampung dengan diiringi tabuhan gamelan yang disertai dengan penggunaan pakaian adat yang bertujuan untuk mengumumkan kepada khalayak atas akad nikah yang telah terjadi sehingga tidak timbul fitnah di kemudian hari meskipun terkadang dilengkapi dengan prilaku senonoh sebagian remaja yang memiliki kebiasaan buruk namun bisa diredam dengan wajar.
 Adat-istiadat yang melekat pada masyarakat NTB diawali oleh Sejarah kehidupan nenek moyangnya yang pernah dijajah dan dikuasai oleh orang-orang hindu. Kekalahan kerajaan hindu membuat islam kembali mendominasi di lingkungan masyarakat NTB. Intraksi yang terjadi antar masyarakat membuat kebiasaan atau adat-istiadat yang ada saling mengisi dan berbaur dengan erat antara yang satu dengan yang lainnya hinga tumbuh dan berkembang sampai sekarang, misalnya saja perpaduan antara budaya hindu dan budaya islam seperti selametan laut yang dilakukan dengan menggelar zikir bersama yang disertai dengan perlengkapan sesajian yang akan disantap bersama dan sejenisnya.
Di luar budaya hindu dan islam, budaya masyarakat NTB juga diperkaya dengan beragam budaya masyarakat yang beragama kristen dan buda serta agama konghucu yang dianut oleh sebagian masyarakat cina yang sudah tinggal di NTB sejak zaman penjajahan terdahulu. Kedamaian hidup dalam kerberagaman budaya yang ada tentu menjadi idaman setiap anggota masyarakat NTB yang ada hingga saat ini.
Seiring dengan keberagaman yang ada, masyarakat pastinya tidak akan mampu mengelak dari dampak positif dan negatif yang bisa ditimbulkan. Dampak positif dan negatif tersebut itu secara keseluruhan pasti akan menyentuh berbagai ranah kehidupan masyarakat, baik yang berhubungan dengan perbedaan agama, suku, ras, golongan maupun budaya. Kondisi keberagaman beserta dampak yang ditimbulkannya tersebut secara logika atau secara wajar mampu merangsang benak kita untuk berfikir terhadap gejolak sosial yang akan terjadi  serta solusi yang pantas untuk mencegah dan mengendalikannya manakala hal itu terjadi secara konkrit dalam kehidupan masyarakat.
Pengelolaan tata cara bersosialisasi yang baik  dengan budi pekerti yang luhur terhadap sesama makhluk tuhan tentu menjadi solusi utama untuk memecahkan permasalahan yang ada. Gejolak-gejolak yang timbul sedikit tidak bisa diredam secara perlahan apabila terjalin komunikasi yang intens antar anggota masyarakat. Hal ini tentu saja telah terlaksana dan disosialisasikan oleh pemerintah NTB melalui kerja sama dengan berbagai pihak  mengingat keberadaan masyarakatnya yang begitu majmuk.
 Tata cara bersosialisasi yang dimaksud di antaranya melalui penerapan ajaran agama berdasarkan keyakinan masing-masing. Hal itu dirasakan patut  karena masing-masing agama pastinya memiliki ajaran-ajaran yang menuntut penganutnya untuk selalu berbuat baik terhadap sesama dan menjaga kelestarian lingkungannya. Namun, arus globalisasi yang terjadi saat ini sering menjadi bumerang di dalam pelaksanaanya terutama bagi masyarakat awam yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk memfilter perubahan yang terjadi. Namun, berbeda lagi halnya dengan masyarakat awam yang jauh dari tekhnologi dan memiliki pemahaman yang kuat terhadap nilai budaya yang ia temukan tentu akan sulit terpengaruh dengan kebisaan negatif yang dibawa dari budaya luar meskipun terkadang terjebak dalam beberapa perubahan yang sulit dihindari. Akan tetapi, premasalahan tersebut saat ini sudah bisa teratasi secara perlahan, terbukti dengan kondisi sosial masyarakat kita yang secara umum masih kental dengan sikap mental  religiusnya apalagi di kota-kota yang menjadi pusat pembelajaran agama seperti kota santri pancor .
 Pemanfaatan secara optimal keberagaman yang ada dengan berlandaskan pada perdamaian akan menjadi kunci utama kebahagian hidup masyarakat secara menyeluruh tanpa pandang bulu. Keberagaman yang ada tidak akan menjadi sebuah masalah besar namun justru sebaliknya akan menjadi kekayaan murni yang mendatangkan keuntungan bagi masyarakatnya. Dengan begitu, kehidupan masyarakat akan menjadi sejahtera baik lahir maupun batin.
Sampai saat ini, sebagian masyarakat memandang bahwa keberagaman yang ada merupakan suatu bentuk keadaan alami yang muncul akibat faktor alam yang menuntut manusia untuk mengalami dan melakukan perubahan sehingga muncul berbagai bentuk ras, suku, bahasa, adat-istiadat serta kebiasaan masyarakat yang berbeda. Kekisruhan atau gelombang kecil yang ditimbulkan dari sebentuk perbedaan yang ada pasti akan muncul, akan tetapi dapat diatasi dengan kebiasaan musyawarah untuk mencari setiap solusi dengan melibatkan sesepuh masyarakat dan tokoh agama dari sekelompok masyarakat yang terlibat. Fakta riel yang bisa di lihat di daerah kita tercinta ini misalkan tawuran yang terjadi antara sekelompok masyarakat yang memiliki pemahaman berbeda namun bisa teratasi oleh usaha pemerintah daerah yang memfasilitasi mereka untuk bertemu dalam satu ruangan dan mencari solusi bersama atas permasalahan yang terjadi.
 Keberagaman atau perbedaan yang ada tidak patut dijadikan bumerang bagi masyarakat untuk tetap beradat tindih dan menjaga tata krama terhadap sesama dalam menjalani kehidupan sehari-hari, misalnya masyarakat Narmada mimiliki masyarakat yang menganut kepercayaan atau agama yang berbeda, yakni agama hindu dan islam, namun keduanya mampu hidup berdampingan dan saling mendukung antara yang satu dengan yang lainnya.
  Dalam perkembangannya, NTB mengalami perubahan secara perlahan melalui pemanfaatan sektor-sektor riel dari potensi yang dimiliki. pelaksanaan pembangunan kini mulai merangkak naik dengan didorong oleh kearifan pemimpin yang amanah dan berakhlakul karimah sehingga mampu meningkatkan giroh atau semangat masyarakat untuk terus bersatu membangun NTB agar menjadi provinsi yang ke depan bisa diandalkan sesuai dengan cita-cita dan tujuan pembangunan bangsa dan negara terbukti dengan turunnya angka kemiskinan dan pengangguran di NTB serta banyak penghargaan yang diterima gubernur NTB atas prestasi di berbagai bidang oleh presiden Republik Indonesia. Sebagai masyarakat NTB kita patut berbangga atas pencapaian tersebut.
Saat ini, masyarakat NTB telah memiliki keyakinan, yakni pembangunan hanya bisa terlaksana apabila pemimpin mampu menjadi tauladan bagi masyarakatnya dengan memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Kekayaan alam yang dimiliki hanya bisa bermanfaat bagi masyarakatnya ketika itu dikelola dan dikembangkan secara maksimal oleh para petinggi yang mempergunakan tampuk kekuasaan yang diamanahkan kepadanya untuk mengatur dan mengatasi setiap permasalahan daerah yang sedang dihadapi. Sikap tersebut tentu akan mendapat dukungan maksimal dari masyarakat.
Bercermin dari struktur kepemimpinan yang ada, sudah menjadi kewajiban masyarakat untuk menilik dan menilisik setiap putusan yang dijatuhkan  oleh pemimpin agar semua yang dihasilkan dari keputusan yang telah dimusyawarahkan bersama tepat guna dan tepat sasaran. Tidak satu pun masyarakat menginginkan kehidupan yang tidak layak akibat kesalahan kebijakan yang dilakukan oleh pemimpin mereka.
Berdasarkan fakta yang ada, perkembangan pengetahuan dan kecanggihan teknologi memberikan imbas yang besar terhadap daya nalar atau kemampuan analisis logika yang dimiliki oleh masyarakat NTB. Berdasarkan informasi yang dilihat dari pemanfaatan media yang ada, masyarakat mulai tersadar akan makna kehidupan dengan mempertahankan secara erat semua kebudayaan yang memiliki andil positif dalam membantu petumbuhan dan perkembangan kultur masyarakat dengan memfilter semua kebudayaan luar yang bersifat negatif. Salah satu hal yang patut disoroti saat ini adalah kemampuan  masyarakat kita untuk saling merangkul tanpa menimbulkan riak-riak kecil yang mengandung unsur negatif dengan memandang keberagaman yang ada sebagai suatu bentuk kekayaan yang patut untuk disyukuri dan dimanfaatkan secara optimal.
Keadaan yang mulai membaik itu tentu didukung dengan maksimal oleh pemerintah. Berbagai kebijakan pun dikeluarkan untuk merangsang dan membangkitkan kembali minat masyarakat untuk lebih giat memanfaatkan potensi yang ada agar bisa memperbaiki kondisi kehidupan ke arah yang lebih baik dengan memperhatikan semua ranah kehidupan. Keseriusan pemerintah daerah dalam usaha pemberantasan buta aksara melalui program absano (angka buta aksara nol) menjadi salah satu contoh keseriusannya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.
Sebagai wujud dari kebesaran hati para pemimpin yang memandang pentingnya realisasi ajaran agama yang dibutuhkan untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki, pemerintah telah membuat sebuah putusan yang dirasakan penting untuk menunjukkan identitas NTB sebagai salah satu daerah yang memilki kultur islami yang begitu kental yakni melalui pembangunan islamic center. Pembangunan tersebut terwujud sebagai salah satu simbol masyarakat NTB yang religius.
 Dukungan pemerintah terhadap pembangunan dengan mengedepankan nilai-nilai agama dilakukan oleh pemerintah secara merata dan tidak terbatas pada agama yang mendominasi saja. Dukungan itu diwujudkan dengan memberikan forsi yang jelas dalam mencari penerus agama yang dapat dipercaya, contohnya melalui penyeleksian penyuluh agama kristen, hindu dan budha melalui tes cpns yang diselenggarakan dengan seksama di NTB.
Kenyataan yang bisa kita lihat dan rasakan bersama di daerah kita tercinta ini yaitu kehidupan beragama yang harmonis dengan sikap toleransi yang begitu tinggi dilengkapi dengan adat-istiadat yang berpihak pada pembangunan demi kemaslahatan bersama tanpa menginginkan budaya atau agama tertentu sebagai salah satu pemicu yang mendorong terjadinya perpecahan.
Sebagai masyarakat NTB, kita patut berbangga atas apa yang kita miliki saat ini. Gunung yang menjulang tinggi dengan pemandangan alamnya yang begitu indah, laut yang luas dengan pasir dan hasil kekayaannya yang begitu banyak serta tanah yang begitu subur dengan kandungan emas yang dimiliki harus kita kelola dan kita jaga kelestariannya. Ketindihan sikap yang disertai dengan ketaatan terhadap ajaran agama harus tetap digalakkan pula. Kearifan sikap dan usaha yang tulus disertai do’a kepada yang maha pencipta tentu akan membuat kita lebih mengerti dan mencintai tanah kelahiran ini serta mampu mengatasi setiap cobaan yang menimpa meskipun hidup dalam kondisi masyarakat yang majmuk. Indahnya keberagaman dalam nuansa masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada tuhan akan menciptakan kebahagiaan yang hakiki seiring dengan perkembangan zaman. Dirgahayu Nusa Tenggara Barat ke-52 semoga kondisi yang kita rasakan saat ini ke depannya bisa lebih baik lagi sehingga NTB menjadi provinsi yang maju dan diperhitungkan dalam segala bidang di Republik Indonesia seiring dengan bertambahnya usia.
Read more >>