Statistik Kunjungan

MENGEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK (MULTIPLE INTELLIGENCES) SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI KONSEP DESAIN LOKAL MENUJU STANDAR INTERNASIONAL PENDIDIKAN



Oleh:
Syukrul Hamdi, S.Pd
Mahasiswa PPS UNY Program Studi Pendidikan Matematika

Abstrak
Kecerdasan merupakan salah satu hal yang bisa diusahakan. Dengan kata lain, kecerdasan tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik yang hanya bisa dibawa dan dihasilkan sejak lahir melainkan bisa diusahakan dengan menciptakan kondisi lingkungan dan orang-oang terdekat yang menjalin komunikasi secara intensif dengan seseorang, baik itu keluarga, guru atau pendidik maupun masyarakat lainnya yang ada di sekitar lingkungan tempat hidup seseorang.
Di dalam lingkungan pendidikan formal setiap siswa harus diberikan ruang dan waktu seluas-luasnya agar bisa mengembangakan cipta, rasa dan karsa yang dimiliki. Hal ini dimaksudkan pula agar setiap potensi yang dimiliki tidak terpendam hanya dengan penekanan pada satu aspek yang tidak begitu dominan di dalam membantu seseorang untuk mandiri. Sekolah dengan standar internasional tentu memiliki keunggulan yang lebih spesifik dibanding dengan sekolah biasa. Hal itu disebabkan karena semua materi dan sistem pembelajaran yang dilaksanakan telah disesuaikan dengan kebutuhan dan standar dunia, lengkap dengan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh sebab itu, setiap materi atau objek yang menjadi sasaran pengembangan peserta didik harus disesuaikan atau dikondisionalkan dengan semaksimal mungkin. Dalam artian, materi atau objeknya bersifat dinamis atau tidak terikat pada ruang lingkup definisi tertentu yang bersifat konstan serta disesuaikan dengan kondisi ril yang berpihak kepada pengembangan masyarakat secara menyeluruh.
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang bersifat primer memiliki tingkat kesukaran yang cukup tinggi di dalam pelaksanaannya. Untuk itu, setiap guru matematika harus kereatif dan inovatif agar siswa bisa menangkap semua materi atau konsep yang disampaikan dengan sepenuhnya dan bisa menjadikannya sebagai sebuah perangsang atau stimulus di dalam proses penyelesaian setiap permasalahan yang dijumpai di dalam kesehariannya terlebih lagi pada level pendidikan dengan skala internasional. Setiap guru atau pendidik harus mampu menemukan metode atau teknik untuk mengembangkan kecerdasan majmuk yang ada pada peserta didik atau siswa dengan seimbang dan menyeluruh dengan menyesuaikannya dengan karakteristik lingkungan atau temapat tinggal sekitar berdasarkan potensi yang dimiliki, lengkap dengan nilai-nilai yang ada guna mempertahankan karakteristik bangsa dan negara.   

Kata kunci: Kecerdasan Majemuk, Pembelajaran Metematika, Desain Lokal dan Standar Internasional Pendidikan




A.    Pendahuluan
Pendidikan merupakan manifestasi dan investasi dari nilai-nilai dasar yang dimiliki oleh bangsa agar tetap bertahan sejalan dengan berbagai perkembangan yang terjadi. Melalui pendidikan, sebuah bangsa mampu mencetak generasi yang kompeten dan siap bersaing dengan bangsa yang lain dengan memberikan perhatian dan anggaran dana yang memadai untuk mendukung pelaksanaan atau proses pendidikan itu sendiri.
Proses pembelajaran sebagai salah satu aspek penentu keberhasilan pendidikan harus diperhatikan dengan seksama. Hal itu dibutuhkan mengingat adanya beberapa materi yang terkait dengan disiplin ilmu tertentu mempunyai tingkat kesukaran yang cukup tinggi namun sangat berperan dalam perkembangan kehidupan secara umum. Salah satunya adalah disiplin ilmu matematika. Matematika sebagai salah satu materi pokok yang bersifat mendasar harus dikemas dengan realistis agar siswa bisa mengambil pelajaran dari materi atau konsep yang ditanamkan. Sifat relistis yang diberikan nantinya bisa dikolaburasikan dengan teknik-teknik yang bersifat umum dan dinamis berdasarkan karakteristik dan kondisi lokal pada daerah atau wilayah tempat tinggal masing-masing. Hal itu dibutuhkan agar semua siswa, yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda bisa menyesuaikan diri dan mengambilnya sebagai sebuah kebutuhan yang bermanfaat. Mengapa hal itu dibutuhkan? Berikut sebuah gambaran terkait dengan kecerdasan majmuk yang biasa atau umum ditemukan di setiap jenjang pendidikan yang yang bertaraf internasional. Pada umumnya siswa atau peserta didik lebih tertantang untuk menemukan dan menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Dengan kata lain, nalar para siswa lebih cenderung untuk lebih kreatif dan inovatif agar apa yang didapatkan bisa dikatakan atau disebut teralisasi dengan baik. Di luar itu, kemampuan berbahasa asing dengan penguasaan teknologi mutakhir lebih menjadikan peserta didik atau siswa lebih percaya diri untuk melakukan kominkasi intensif, baik secara langsung atau face to face maupun melalui pemanfaatan media. Dengan penggunaan desain lokal maka peserta didik atau siswa lebih mudah menyesuaikan ilmu yang didapatkan dengan menerapkannya secara langsung dalam praktek kesehariannya. Kesesuai contoh dengan kondisi ril yang ditemukan akan memudahkan siswa untuk mengambil manfaat dari pengetahuan yang diperoleh.
 Desain lokal dalam pembelajaran atau sekolah bertaraf internasional dibutuhkan untuk menjaga identitas atau karakteristik bangsa dan derah masing-masing. Pemahaman akan konsep-konsep modrn yang bersifat kekinian tidak akan cukup untuk dijadikan bekal di dalam mengarungi kehidupan pada era globalisasi. Apalagi ditambah dengan kewajiban sebagai warga negara yang begitu dalam dan meyeluruh, yakni agar tetap selalu berpihak kepada hasil akhir dari pendidikan itu sendiri yang pastinya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan bersama. Selain itu, rasa cinta kepada tanah air dan kebudayaan akan lebih menyentuh hati seseorang untuk mengembangkan kreativitas yang dimiliki berdasarkan kekayaan dan sumberdaya lokal yang telah ada. Hal itu tentu saja akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan global. Pelestarian dan pembiasaan pada konteks lokal yang ada sedikit tidak memvabwa dan mengajarkan siswa atau peserta didik untuk memahami dan mengenal berbagai khazanah pengetahuan yang dimiliki ileh bangsanya sendiri. Penyesuaian desain lokal pada penerapannya akan dipadukan berbagai media dan konsep kekinian dengan pemanfaatan media dan ketajaman analisis peluang lokal yang mendasar yang bisa dikembangkan secara berkelanjutan.  
Hasil pengembangan dari sebuah konsep berupa materi dalam bentuk rumus atau formula dianggap berhasil ketika ditemukan teknik atau metode terbaru di dalam proses menemukan jawabannya. Di luar itu, kendati pun nanti setiap peserta didik atau siswa yang telah lulus atau menyelesaikan studinya diharapkan mampu bersaing dan mandiri ketika berhadapan dengan globalisasi yang tanpa batas dan bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa. Dengan maksud mereka tidak akan tersingkirkan dan menjadi penonton atau konsumen ketika masyarakat dunia telah bebas melebarkan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki ke seluruh penjuru dunia. Anak bangsa yang menjadi generasi penerus telah siap dengan bekal pengetahuan yang dimiliki untuk terus berusha membangun bangsa dan daerah yang dicintai berdasrkan tingkat kualifikasi pengetahuan yang tidak diragukan lagi.
Setiap kekayaan yang dimiliki oleh bangsa dan daerah yang menjadi tempat tinggal amupun daerah yang lainnya akan mendapat perhatian yang penuh dari seorang lulusan yang dilahirkan yang penuh dengan intelegensi dan pemahaman global yang tidak kalah dengan negara-negara maju lainnya. Salah satu contoh sederhana yang bisa kita lihat yakni, melalui kecakapan penggunaan media internet serta kemampuan berbahasa inggris membuar seorang petani kangkung di Lombok menjadi sukses karena berhasil memasarkan kangkung Lombok ke berbagai daerah bahkan ke beberapa negara. Transaksi dilakukan melalui media internet. Kemampuan tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan matematika yang cukup sehingga bisa memperhitungkan untung rigi yang akan didapatkan. Dar sana kita bisa melihat betapa desain lokal begitu dibutuhkan dalam sebuah proses pembelajaran agar pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh siswa bisa dikembangkan dengan tingkat kendala atau kesukaran yang telah diminimalisir.
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus teliti dan mempertimbangkan berbagai hal termasuk pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pendidik harus mengenali dan memahami kecerdasan siswa karena setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan yang menjadi bukti kemajemukan tersebut harus dijadikan sebagai acuan untuk memperluas fokus dan transformasi materi pada siswa sehingga berdampak pada hasil akhir dalam wujud praktik atau implementasi terhadap apa yang telah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila pendidik sudah menyampaikan dan menularkan pengetahuan yang dimiliki dengan teknik atau metode yang tepat dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kecerdasan majmuk yang ada pada siswa serta peluang dan sunberdaya lokal yang ada maka semua siswa akan lebih mudah dan terangsang untuk memperhatikan dari awal pembelajaran sampai akhir dengan semangat pembangunan yang tinggi.

B.     Pembahasan
Berdasarkan pasal 3 undang-undang nomor 20 tahun 2003 (Depdiknas, 2003) yang berbunyi pendidikan berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesrta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Dari fungsi pendidikan di atas maka keberadaaan sekolah berstandar internasional akan lebih terasa dan lebih membumi dengan masyarakat ketika konteks pengembangannya disesuaikan denagn karekteristik lokal yang terangkum dalam desain lokal yang dicanangkan.
 Terkait dengan proses pembelajaran, Winkel (1999: 59) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dan lingkungan yang mengakibatkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Sejalan dengan itu, desain lokal dibutuhkan untuk menjaga dan mengarahkan peserta didik kepada tahap yang tidak stagnan terhadap pengetahuan sekitar tempat tinggal mereka sehingga mereka lebih faham dan mengetahui sumberdaya daya yang ada di sekeliling mereka yang memiliki potensi untuk diberdayakan. 
Berdasarkan pendapat di atas apabila dihubungkan dengan pembelajaran matematika maka pembelajaran matematika di sekolah harus mampu memberikan perubahan bagi siswa tanpa terbatas pada tataran konsep dengan standar dunia  akan tetapi lebih kepada tataran aplikasi yang bisa dikembangkan dalam kehidupan mereka dengan memandang secara menyeluruh semua kekayaan yang dimiliki oleh bangsa, negara dan derah tercinta. Dari pembelajaran matematika dengan desai lokal siswa akan lebih siap menghadapi arus perubahan yang terjadi dengan keterampilan matematik yang dimiliki serta siap mengelola berbagai potensi daerah dan bangsa yang dimiliki berdasrkan keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Disamping itu, mereka bisa menjadi pemerakarsa tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.
a.      Kecerdasan Majemuk
Intelegensi adalah keterampilan menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman kehidupan sehari-hari. (Jhon. W. Santrok, 2009: 151). Pada tahun 1930-an, LL. Thurstone (Jhon. W. Santrok, 2009: 155) mengatakan bahwa orang-orang mempunyai tujuh kemampuan intlektual khusus, yang ia sebut kemampuan primer, yaitu pemahaman verbal, kemampuan angka, kelancaran kata, visualisasi ruang, ingatan asosiatif, penalaran, dan kecepatan perseptual.
Gardner (1993: 15) menyatakan bahwa: An intelligence entails the ability to solve problems or fashion products that are of consequence in a particular cultural setting or community. The problem solving skill allows one to approach a situation in which a goal is to be obtained and to locate the appropriate route to that goal.
Pendapat lain menyatakan bahwa teori kecerdasan majemuk (KM) adalah validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa (pelajar) belajar, disamping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing pembelajar. (Julia Jasmine, 2007: 11)
Menurut Gardner (2003: 23) ada tujuh kecerdasan, yaitu:
1.      Kecerdasan Linguistik (berkaitan dengan bahasa)
2.      Kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar logika dan matematika)
3.      Kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar)
4.      Kecerdasan musikal (berkaitan dengan musik, irama, dan bunyi/suara)
5.      Kecerdasan badani-kinestik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh)
6.      Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antarpribadi, sosial)
7.      Kecerdasan Intrapersonal (berkaitan dengan  hal-hal yang sangat mempribadi)
Para guru menyadari bahwa setiap anak memilki semua kecerdasan tersebut, tetapi dengan tingkat yang berbeda – beda.  Mengajarkan keseluruhan kecerdasan itu menjamin bahwa mereka yang unggul, misalnya pada pada kecerdasan musikal akan mendapat kesempatan untuk belajar menggunakan kecerdasan tersebut (Elaine B. Johnson, 2007: 67).
b.      Penerapan Kecerdasan Majmuk dalam Pembelajaran Matematika
Terkait dengan pembelajaran matematika maka setiap pendidik atau guru harus mampu mengemas setiap materi pembelajaran dengan menarik yang disertai dan sarati dengan pengetahuan yang disesuaikan dengan kondisi lokal dan potensi yang ada pada siswa atau peserta didik. Dengan begitu, pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh siswa berdasarkan tingkat kecerdasan yang berbeda akan lebih membantu penyesuaian materi dengan melihat kondisi rill yang ada.
Salah  satu  sumber  ketidakefektifan  proses  belajar  mengajar  yang  terjadi  di  kelas  adalah pembelajaran yang bersifat klasikal dengan bertumpu pada konsep pengembangan ala barat lengkap dengan struktur budaya dan pengetahuan yang dimiliki. Di samping itu, seorang guru cenderung menyampaiakn materi yang sama lengkap dengan metode dan evaluasi yang sama pula padahal siswa yang dihadapi  lebih dari 20 siswa dengan karakter yang berbeda. Perlakuan seperti ini menafikan suatu kenyataan bahwa setiap siswa (individu) mempunyai perberbedaan. Seharusnya pendidik mampu membuat variasi  terkait dengan berbagai aspek penunjang dalam pembelajaran agar semua siswa bisa menegmbangkan cita, rasa dan karsanya secara utuh.
Gambaran umum penerapan kecerdasan majemuk dalam matematika seperti terlihat dalam Jangkauan Modalitas dikutip dari Workshop Notebook: Portfolios and Other Alternative Assesment, Teacher created materials (Julia Jasmine, 2007: 122)
Ranah kurikulum            :  Matematika
Intrapersonal                  : mintalah anak-anak untuk melakukan refleksi dan tulis kemajuan mereka dalam matematika
Interpersonal                  : mulailah tutorial (bimbingan) lintas usia dengan kelas lain
Linguistik                       : mintalah anak-anak untuk menulis sebuah cerita dari sudut pandang bilangan atau angka
Logis-matematis             : ajarlah anak-anak bagaimana memainkan “Othello” sebagai latihan dalam logika
Visual-Spasial                : buatlah kota/gambar dengan hanya menggunakan persegi, segitiga dan lingkaran
Badani-Kinestetik          : berdirilah menyerupai sebuah bilangan. Suruhlah anak-anak mendekati bilangan dengan badan mereka dan mintalah mereka menyentuhnya.
Musikal                          : cari dan tunjukkan sebuah video yang menjelaskan hubungan matematika dengan musik.
Berdasarkan jangkauan modalitas yang ada di atas maka desain lokal sebagai salah satu karakteristik dalam proses pembelajaran menjadi salah satu aspek yang bisa dikembangkan denagan mudah di dalam pelasanaannya terlebih lagi masing-masing daerah yang menjadi pusat pengembangan sekolah berstandar intenasional pada umumnya meiliki korelasi permasalahan dan sumberdya yang relatif sama sehingga akan lebih mempermudah penyesuain dengan konsep melalui kegiatan sharing yang dilakukan secara intensif.
Menurut Suparni (2011: 11) dalam pembelajaran matematika disadari atau tidak terdapat contoh atau soal yang sangat memperhatikan semesta. Bila semesta yang ditetapkan tidak diperhatikan, maka akan sangat besar kemungkinan arti yang diberikan akan salah. Contohnya pada basis 2, berapakah 1 + 1 = ?, kita harus menyadari pada semesta berapakah kita bekerja. Di alam semesta ini, seluruh umat manusia diciptakan bersuku-suku, berbangsa-bangsa, berkelompok-kelompok dengan segala perbedaannya. Setiap kelompok pasti memiliki karakteristik tempat hidup yang berbeda meskipun pada dasrnya akan mempunyai persamaan pula sesuai dengan konteks iklim, cuaca, tekstur tanah dan budaya yang berkembang oleh karena itu, sebagai bagian dari masyarakat semua siswa atau peserta didik harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Jadi dengan selalu menyadari semesta dalam matematika, pendidik dan siswa akan lebih menyadari dan memahami setiap detail dari potensi yang ada sehingga terbuka jalan untuk pengembangan konsep yang ditemukan dalam realita yang ada, sesuai dengan tempat atau lokasi di mana mereka berada  berdasarkan apa yang berlaku dalam semesta tersebut.
Menurut Munif Chatib (2011: 155) teori Multiple Intelegences menawarkan perombakan yang cukup fundamental dalam penilaian sebagai output sebuah proses pembelajaran. Teori ini menganjurkan sistem yang tidak bergantung pada tes yang didasarkan pada nilai formal, tetapi lebih banyak di dasarkan pada penilaian autentik yang mengacu pada kriteria khusus dengan menggunakan tes yang memilki titik acuan spesifik dan ipsative (tes yang membandingkan prestasi siswa saat ini dengan prestasinya yang lalu). Berdasarkan hal tersebut, pengembangan potensi pada peserta didik atau siswa akan lebih melekat dan menjadikan tingkat kesadaran dan potensi mereka lebih kebal terhadap segala perubahan yang terjadi.

c.       Pembelajaran matematika dengan desain lokal
Desain lokal secara umum merupakan penetapan konsep pembelajaran yang disesuikan dengan minat, kebutuhan serta potensi yang ada di sekitar lingkungan atau tempat hidup masyarakat. (Tim KF NTB. 2009).
Apabila kita kaitkan antara desain lokal dengan pembelajaran matematika maka kita akan menemukan kemudahan di dalam pelaksanaannya. Mengapa hal itu terjadi? Jawabannya adalah karena desaian lokal memiliki kemiripan dengan penerapan matematika realistik meskipun desain lokal lebih difokuskan pada konteks minat dan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, semua itu tentu saja merupakan bagian dari realita yang dihadapi oleh siswa secara umum.
Di dalam pelaksanaanya, desain lokal akan menjadi ciri khas pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan konteks daerah di mana proses pendidikan itu dilaksanakan. Dengan begitu maka generasi penerus yang diharapkan dapat melanjutkan pembangunan seiring dengan otonomi daerah. Keadaan tersebut didukung oleh dinamisasi matematika yang bisa dipergunakan dalam berbagai aspek yang terkait dengan kehidupan manusia.
Spesifikasinya lagi, desain lokal pada pembelajaran matematika di titik pusatkan pada pengenalan matematika dengan mengaitkan unsur-unsur lingkungan yang ada di sekitar lokasi belajar. Misalnya dalam konteks atau materi yang terkait dengan bangun ruang maka siswa yang ada di pulau Lombok akan diajak untuk melihat bentuk lumbung atau berugak yang menjadi ciri khas masyarakat. Dengan  mengamati lumbung, para siswa akan diarahkan untuk menemukan bentuk dasar lumbung atau berugak itu sendiri, sesuai dengan bangun ruang yang ditemukan dalam pembelajaran matematika.
Pengungkapan ciri khas yang biasa ditemukan di sekitar lingkungan akan mempermudah siswa untuk melakukan praktek di lapangan. Apabila kita yang menjadi bagian dari masyarakat Lombok mengajak siswa untuk meneliti dimensi atau bentuk piramida, itu bisa saja dilakukan. Akan tetapi siswa atau peserta didik tidak bisa secara langsung menemukan itu di sekitar mereka. Kendati pun desain yang berasal dari daerah atau negara yang lain masih tetap harus dilaksanakan dengan pertimbangan mengutamakan kebudayaan atau kebiasaan lokal dalam setiap proses pembelajarannya.
Di samping siswa telah siap dengan kompetensi yang matang,  siswa juga telah siap menjadi tulang punggung pembangunan di daerah mereka masing-masing tentunya dengan konsep metematika yang tidak terbatas pada pengembangan rumus semata namun lengkap dengan penerapan nilai-nilai dan potensi yang ada di sekitar tempat tinggal mereka maupun di sekitar lingkungan  bangsa dan negara secara menyeluruh.

d.      Pembelajaran Matematika dalam Satandar Internasional Pendidikan
Pendidikan yang bertaraf internasional adalah pendidikan pendidikan yang diselenggrakan setelah memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju. Sedangkan satuan pendidikan internasional merupakan satuan pendidikan yang telah memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju (Kemdiknas, 2011).
Berperannya standar pendidikan internasional di dalam negeri memberikan angin segar terhadap peningkatan sumber daya manusia secara umum. Penguasaan materi pembelajaran yang disertai dengan penguasaan iptek dan teknologi akan semakin memudahkan siswa untuk mengembangkan sayap pengetahuan yang dimiliki dalam berbagai bidang yang ada. Terlebih lagi dengan materi yang menjadi pokok pembelajaran, seperti disiplin ilmu matematika.
Satu hal yang menjadi identitas pendidikan internasional yang telah melalui tahap penyeleksian pendidikan nasional adalah semakin berkembangnya manusia Indonesia serta bertahannya berbagai budaya yang menjadi identitas negara yang membedakannya dengan bangsa atau negara lain di dunia.

C.    Simpulan
Terpenuhinya kebutuhan masyarakat serta terjaminnya berbagai hal yang menjadi pokok-pokok kegiatan sehai-hari merupakan permasalahan yang bisa diselesaikan melalui perbaikan dalam bidang pendidikan. Hal itu disebabkan karena pendidikan merupakan leading sector yang memberikan andil terbesar di dalam pembangunan sumberdaya yang ada.
Dengan adanya pendidikan berstandar internasional di dalam negeri memberikan angin segar terhadap peningkatan sumber daya manusia secara umum. Penguasaan materi pembelajaran yang disertai dengan penguasaan iptek dan teknologi akan semakin memudahkan siswa untuk mengembangkan sayap pengetahuan yang dimiliki dalam berbagai bidang yang ada. Terlebih lagi dengan materi yang menjadi pokok pembelajaran, seperti disiplin ilmu matematika.
Desain lokal yang bertumpu pada karakteristik pengetahuan dan kehidupan siswa akan lebih mempermudah bangsa di dalam menghasilkan generasi penerus yang kompeten serta bisa diandalkan untuk melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan sebelumnya. Generasi yang dihasilkan akan memiliki daya saing yang seimbang dengan negara-negara lain di dunia namun tetap memegang teguh prinsip bangsa dan negara serta menjadikannya sebagai tolak ukur dalam pengembangan setiap pengetahuan yang dimiliki.

Daftar Pustaka



Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligences (The Theory in Practice). New York: Basic Books
Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk. (Terjemahan Drs. Alexander Sindoro). Batam Centre :Interaksara

Johnson, Elaine.B.. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Learning Center
Julia Jasmine (2007). Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk Implementasi Multiple intelligences. Bandung: Penerbit Nuansa

Kementrian Pendidikan Nasional. Materi Sosialisasi Kebijakan Sekolah Bertaraf  Internasional. Jakarta: Direktorat Jendral mendikdasmen diambil dari http://kemdiknas.go.id/ pada 1 Januari 2012

Munif Chatib. (2011). Sekolahnya Manusia. Bandung: Penerbit Kaifa
Santrok, John W..(2009), Psikologi Pendidikan edisi 3 (Penerjemah Diana Angelica). Jakarta : Salemba Humanika 
Suparni. (2011). Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan dengan Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan dalam Forum Ilmiah Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tim Penyusun. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Tutor KF NTB. Mataram
Winkel, W.S.. (1999). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadin


Read more >>
Category: 0 komentar